Friday, February 17, 2012

Mama,Bolehkah aku menangis?

Saat mataku mulai terbuka aku samar-samar aku melihat undangan berwarna merah muda itu tergeletak di meja samping tempat tidurku,,,,perlahan aku bangun menyenderkan tubuhku pada bantal putih yang selalu menemani hari-hariku..

Aku terduduk diam dan mulai mengambil undangan yang indah itu,dalam hatiku bertanya undangan dari siapakah itu? kubuka perlahan undangan indah itu dengan tanganku yang mulai ringkih ini,,, entah kenapa tubuhku semakin hari semakin menyusut dan tubuh ini mulai tak mau mendengarkan perintahku , saat aku ingin berjalan kakiku tak mau melangkah, saat aku ingin menggerakkan tanganku kadang dia tak mampu untuk menggerakkanya, rambutku yang dulu indah satu persatu mulai tak kerasan berada dikepalaku dan menggugurkanya sehelai demi sehelai.

Tapi aku masih bisa untuk membuka kertas merah muda itu, setelah membukanya aku melihat nama Azril dan Maya terpampang dalam undangan itu,,,,,ohh ternyata maya sahabat karibku yang selama ini selalu menjadi teman baikku, bahkan ketika semua teman dan kekasihku meningggalkanku saat mengetahuai aku mengidap penyakit leukimia ini pun dia masih mau menjadi temanku, kadang dia datang diwaktu liburnya menyisihkan sedikit waktunya hanya untuk bercengkrama dan sedikit menghiburku.

Sejak kecil kami selalu bersama berangkat dan pulang selalu bersama, Maya adalah anak yang cengeng, kerjanya setiap hari hanya menangis, Ketika dijahili teman-teman waktu kecil dia menangis, saat terjatuh saat olahraga lari dia juga menangis dan saat dia ketakutan melihat kecoa dia juga menangis, ketika kita beranjak dewasa saat dia diputuskan pacarnya dia juga menangis entah kenapa air matanya selalu keluar dengan mudahnya…

dan saat itu aku yang selalu menghiburnya, memarahi teman2 yang mengjahilinya, membantunya bangun saat dia terjatuh, dan aku selalu berkata padanya

“Kata Mamaku walaupun kita ditakdirkan jadi wanita kita harus tegar gak boleh mengangis, kata mama menangis takkan menyelasaikan masalah”

Mama selalu mengajari begitu, Mama mengajariku untuk tidak menangis, Mama selalu menunjukkan padaku bahwa dia wanita tegar, walaupun papaku meninggalkan kami saat usiaku masih 10 tahun Mama juga tak menunjukkan muka sedihnya padaku dan adikku, Tapi kadang dipagi hari aku melihat Mata mama besar-besar seperti mata panda, ketika aku bertanya

“Kok mata mama besar-besar seperti mata panda ma?”tanyaku pada mama

“Oh ini karena mama bekerja lembur sampai malam sayang, jadi mata mama jadi besar-besar” selalu seperti itu jawaban mama

Dan aku selalu menerima bulat-bulat jawaban Mama itu, bahwa mata panda mama itu disebabkan karena lembur kerja, dan setelah dewasa aku mulai paham kalo jawaban mama itu bohong. Maka daripada itu sejak kecil aku jarang menangis, Hanya sekali aku menangis saat pacarku memutuskan aku, itupun aku menangis diam-diam tanpa diketahuai siapapun. Walaupun aku selalu menasehati maya agar tidak menangis tapi tetap saja Maya selalu menangis dan setelah kita beli es lilin kesukaanya dia berhenti untuk menangis…selalu seperti itu, aku tersenyum sendirian bila mengingat masa kecilku dulu.

“Loh kenapa tersenyum sendirian sayang? ” suara mama tiba-tiba mengagetkanku

dia melihat surat undangan itu ditanganku, dan berkata

“Oh, itu undangan dari maya, tadi siang dia kesini tapi kamu masih tertidur pulas jadi dia menitipkan pada mama, kata Maya kamu tak usah datang cukup mendoakan dari sini saja ” kata mama sambil membuka bungkusan yang dalam tas palstik yang dibawa mama

“Tidak mama, aku ingin datang, aku ingin melihat sahabatku berada di pelaminan, aku melihatnya mama” kataku pada mama.

dan hari itupun tiba, hari diamana Maya akan memasuki dunia barunya, dan meninggalkan masa lajangnya…

Aku bisa melihatnya, dengan pakaian putih yang indah dia membawa bunga ditanganya dia terlihat cantik dengan senyum simpul dipipinya yang merah, dia sibuk melayani ucapan selamat dari tamu undangan,beda sekali dengan dia yang dulu selalu menangis di depanku, dan dia melihat kearahku dan melambaikna tanganya untukku, aku melihat matanya mulai berkaca- kaca melihatku, ohh tidak kenapa dia dengan mudahnya mengeluarkan air matanya itu dalam hatiku bergumam, mungkin dia prihatin melihatku yang sekarang hanya bisa duduk di kursi roda, dengan tubuhku yang kurus kering dan rambutku yang tinggal beberapa helai ini ,bersama ibu dan adikku aku menemuinya dan mengucapkan selamat padanya,,

Dan tiba saatnya untuk melempar bunga pengantin, yang selalu dipercaya orang2 bahwa kalo mendapatkanya maka akan bisa menyusul kepelaminan, dan saat bunga dilempar, bunga itu memilihku, kenapa harus aku??semua orang bertepuk tanggan melihatku

Saat bunga itu berada di panguanku, hatiku teras sesak hingga aku tak kuat lagi untuk bernafas, aku menahan air mata yang akan jatuh, tidak aku tak boleh menangis, menangis dihadapan mama dan Maya, perasaan sedih menghinggapiku, aku berpikir apakah aku bisa, apakah aku bisa menikah? pertanyaan itu mengiang2 di benakku,,,,??apakah ada yang mau menikahi cewek penyakitan seperti aku ini??

kemudian aku kembali ke rumah sakit tempatku dirawat,Sesampainya dirumah sakit, kepalaku pusing seperti mau pecah aku kesakitan, dan mama terlihat bingung mondar mondir memanggil dokter, dan dokter memberikan suntikan bius kepadaku dan berangsur-angsur sakitku agak berkurang walupun masih terasa sakit seperti mau memecahkan kepalaku, aku melihat mama menangis dan berdoa pada tuhan

sebenarnya aku tahu bahwa mama setiap hari mama menangis, menangisiku yang tak berguna ini…

“Ma, boleh aku tanya sama mama?”

” iyaw sayang” kata mama sesunggukan

“Ma, kenapa mama menangis? kata mama walaupun kita wanita, kita harus tegar kan ma? mama kenapa menangis? ” Mama tidak menjawabnya mama hanya menangis lalu aku bertanya lagi pad mama

“Ma, bolehkah aku menangis ma?” mama menatapku denga airmata yang yang semakin deras keluar dari matanya

mama menciupku danberkata

” Menangislah nak, menangislah sesukamu nak, menangislah maafkan aku anakku selama ini aku selalu terlihat tegar dihadapanmu, selalu berkata kepadamu bahwa kita harus tegar dan gak boleh menangis, aku hanya ingin kau tak merasakan kesedihan anakku, aku tak ingin kau bersedih, sebenarnya dengan menangis kita bisa melepaskan sedikit beban yang kita punya” kata mama

“Apakah aku bisa menikah ma?” dan akau bertanya hal konyol yang membuat mama semakin menangis tersedu

” jika waktunya tiba nanti, mungkin aku sudah berada di surga yang bertabur bunga kan ma??

Dan malam itu aku menangis, menangis bersama mama kita menangis berdua bersama, dan aku merasakan sedikit kelegaan di hatiku mulai malam itu.

0 comments :

Post a Comment

koment..dong dong dong!!!!

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com